Kenapa Kita Yakin Bisa Memprediksi Saham? Ini Fakta Ilmiahnya

Prediksi Itu Menggoda, Tapi Sering Salah

Banyak investor merasa bahwa mereka bisa “membaca” arah pasar saham. Mereka yakin bahwa setelah melihat pola grafik, berita ekonomi, atau pengalaman sebelumnya, mereka bisa menebak: “Saham ini akan naik besok.”

Masalahnya, dalam banyak kasus, prediksi semacam ini tidak lebih akurat dari lempar koin. Bahkan analis profesional pun sering meleset.

Namun anehnya, kita tetap percaya. Kita tetap mencoba menebak pasar. Kenapa? Karena otak kita dirancang untuk mencintai prediksi, meskipun prediksi itu sering salah.

Otak Manusia Suka Membuat Pola

Menurut ilmu neuroekonomi, otak kita secara alami suka mencari pola, bahkan saat tidak ada pola yang nyata. Ini disebut sebagai pattern seeking bias.

Ketika kita melihat harga saham naik dua hari berturut-turut, otak kita secara otomatis menyimpulkan: “Besok pasti naik lagi.”

Padahal, pergerakan harga bisa sangat acak dan dipengaruhi banyak faktor di luar kendali kita.

  • Banyak investor membeli saham hanya karena “naik terus tiap hari.”
  • Ada juga yang menjual hanya karena turun tiga hari berturut-turut, tanpa mengecek fundamentalnya.

Ini bukan logika, tapi refleks psikologis.

Prediksi Memberi Ilusi Kontrol

Kenapa kita suka memprediksi arah saham? Karena itu membuat kita merasa lebih berkuasa atas masa depan. Dalam situasi tidak pasti seperti pasar saham, prediksi memberi kita kenyamanan psikologis.

Meskipun prediksi itu belum tentu akurat, rasanya lebih baik daripada tidak tahu apa-apa. Inilah yang disebut sebagai ilusi kontrol—perasaan bahwa kita bisa mengendalikan hasil dari sesuatu yang sebenarnya acak.

Efek Negatif dari Keyakinan Terhadap Prediksi

Saat kamu terlalu yakin bahwa analisismu benar, kamu bisa mengalami:

  • Overconfidence: percaya diri berlebihan dan menolak data lain atau pendapat berbeda.
  • Tidak siap menghadapi realita: ketika prediksi meleset, kamu kaget dan bereaksi impulsif.
  • Berinvestasi tanpa mitigasi risiko: terlalu fokus pada potensi untung, melupakan potensi rugi.
  • Menggandakan posisi salah: beli lagi ketika rugi karena yakin “cuma koreksi.”

Studi Ilmiah: Prediksi Gagal, Tapi Tetap Dilakukan

Dalam eksperimen, peserta diminta memprediksi hasil acak. Meskipun hasilnya tidak konsisten, mereka tetap merasa bisa “melihat pola.” Hal yang sama terjadi dalam investasi.

Investor yang pernah untung karena tebakan tepat, merasa punya “insting pasar.” Padahal itu mungkin hanya kebetulan.

Kita sering menyamakan hoki dengan kemampuan.

Cara Sehat Menyikapi Prediksi dalam Investasi

  1. Gunakan pendekatan probabilitas: alih-alih yakin 100%, gunakan kata “kemungkinan.”
  2. Jangan menikahi prediksi: tetap fleksibel jika kondisi pasar berubah.
  3. Tetapkan rencana sebelum entry: tentukan cut loss, take profit, dan plan B.
  4. Catat dan evaluasi prediksi: dokumentasikan prediksi dan pelajari hasilnya.
  5. Fokus pada proses: bukan pada hasil sesaat, tapi konsistensi dalam eksekusi.

Prediksi Boleh, Tapi Jangan Jadi Kecanduan

Membuat prediksi bukanlah hal buruk. Tapi meyakini prediksi sebagai kebenaran mutlak adalah jebakan.

Pasar saham terlalu kompleks untuk ditebak secara konsisten. Daripada sibuk menebak masa depan, lebih baik siapkan diri untuk berbagai kemungkinan.

Next Post Previous Post
Gabung Grup WhatsApp

Dapatkan insight dan diskusi eksklusif seputar investasi langsung dari komunitas.

Gabung Sekarang
UNLOCK NOW

Unlock additional opportunities with our Reward Programs for You

GET REWARDS