Main Saham Pakai Utang? Begini Cara Orang Kaya Gunakan Leverage dengan Aman
Pendahuluan: Leverage Saham Bukan untuk Semua Orang
Leverage alias margin trading adalah strategi di mana kita meminjam dana untuk membeli saham senilai lebih besar daripada modal sendiri. Orang kaya memanfaatkan ini untuk mempercepat pertumbuhan aset, dengan catatan disiplin dan manajemen risiko yang ketat.
Menurut data Morgan Stanley, lebih dari 90% orang kaya menggunakan leverage dalam portofolio mereka—namun dengan strategi aman dan rencana matang. Tapi ingat, leverage juga bisa melipatgandakan kerugian jika tidak dikelola!
1. Potensi Keuntungan Besar—Tapi Risiko Juga Menjulang
Dengan leverage 1:10, modal Rp10 juta bisa mengendalikan posisi Rp100 juta. Artinya, kenaikan 10% bisa menghasilkan 100% return, tapi koreksi sama tajamnya jika pasar bergerak melawan.
Risiko Margin Call: Jika ekuitas turun di bawah ambang margin (umumnya 70%), broker akan melakukan margin call, memaksa investor menambah dana atau menutup posisi.
Likuidasi paksa: Jika margin tidak dipenuhi, broker bisa menjual posisi tanpa persetujuan investor—yang bisa memicu kerugian besar.
2. Bagaimana Orang Kaya Menggunakan Leverage dengan Aman
- Pilih leverage rendah: Contoh, 1:2 sampai 1:5 untuk saham blue-chip.
- Terapkan stop-loss: Akun otomatis ditutup jika harga bergerak melawan (misalnya -5–10%).
- Diversifikasi posisi: Jangan menaruh seluruh utang di satu saham—sebar ke beberapa posisi.
- Kelola margin cermat: Sisakan dana tambahan untuk menghindari margin call saat volatilitas tinggi.
3. Risiko Leverage dalam Jangka Panjang
Jika digunakan dalam jangka panjang, biaya bunga bisa menggerus return. Selain itu, pasar yang bergerak fluktuatif bisa memicu kerugian yang berkali lipat.
Menggunakan leverage dalam jangka panjang berarti memerlukan manajemen risiko tingkat tinggi: stop-loss, evaluasi berkala, dan pantau biaya pinjaman.
4. Diversifikasi Leverage: Asset, Sektor & Strategi
Investor kaya tidak hanya pakai leverage di saham. Mereka juga memanfaatkan pinjaman untuk real estat, margin trading di saham blue-chip, bahkan margin di reksa dana atau ETF.
Strategi mereka melibatkan pengelompokan aset yang beragam, sehingga jika posisi satu aset rugi, aset lain bisa menutupi. Diversifikasi ini terbukti mengurangi volatilitas hingga 40–50%, menurut studi Harvard Business Review.
5. Studi Kasus: Leverage yang Terukur dan Sukses
Seorang trader profesional, “Lisa,” menggunakan leverage 1:50 di forex. Saat harga bergerak sesuai arah, dia bisa untung besar, namun juga cepat masuk margin call ketika pasar berbalik—pelajaran penting bahwa leverage tinggi hanya untuk yang berpengalaman.
Di pasar saham, instrumen seperti ETF atau saham blue-chip dengan leverage rendah (1:2–1:5) lebih umum digunakan investor kaya karena stabilitas dan manajemen risiko yang terukur.
6. Regulasi & Sistem Leverage di Indonesia
OJK dan broker resmi mengatur persyaratan margin minimum dan mekanisme margin call. Leverage berlebihan bisa dibatasi kapan saja jika pasar dianggap terlalu volatil.
7. Tips Praktis Bagi Investor Ritel
- Pahami jenis leverage & margin yang ditawarkan broker.
- Gunakan leverage moderat (1:2–1:5) untuk saham blue-chip.
- Selalu pasang stop-loss di setiap posisi.
- Sisakan dana cadangan (20–30%) untuk antisipasi margin call.
- Evaluasi biaya pinjaman dan suku bunga secara berkala.
8. Kesimpulan: Leverage Bagi Orang Kaya = Alat, Bukan Spekulasi
Orang kaya memandang leverage sebagai alat, bukan jalan pintas. Mereka menerapkannya dengan:
- Risk management disiplin
- Diversifikasi
- Batas leverage rendah
- Pemantauan dan evaluasi aktif
Tanpa disiplin, leverage bisa jadi bumerang. Tapi jika dikelola baik, ini bisa mempercepat akumulasi aset secara signifikan.
“Leverage adalah senjata tajam—dapat menciptakan kekayaan, atau merobek portofoliomu.”
