2026: Tahun Balik Arah? Begini Prediksi Dalam Siklus Benner
Akhir 2025 menjadi momen penting bagi investor untuk mempersiapkan strategi menghadapi tahun 2026. Banyak analis global sudah memprediksi bahwa tahun depan bisa menjadi titik balik besar bagi arah pasar saham, terutama setelah tekanan ekonomi, geopolitik, inflasi, hingga gelombang dedolarisasi yang semakin cepat.
Salah satu pendekatan yang kembali memperoleh perhatian adalah Siklus Benner, sebuah model siklus ekonomi berusia lebih dari satu abad yang sering digunakan untuk memetakan fase boom dan bust pasar finansial. Menurut peta siklus tersebut, 2026 berada dalam fase “Recovery & Acceleration”.
1. Apa Itu Siklus Benner?
Siklus Benner merupakan metode analisis berdasarkan pola berulang yang terjadi setiap:
- 7 tahun – fluktuasi pendek
- 11 tahun – fluktuasi menengah
- 27 tahun – fluktuasi panjang
Dalam sejarahnya, Benner Cycle cukup akurat dalam menunjukkan:
- Puncak dan dasar resesi
- Pergerakan komoditas
- Fase bullish-bearish
- Momentum pemulihan ekonomi
Posisi 2026 menurut Siklus Benner menunjukkan bahwa tahun tersebut masuk ke fase percepatan setelah periode tekanan selama 2023–2025. Fase ini biasanya menandai awal dari bullish yang mulai terbentuk.
2. Dedolarisasi Mendorong Pergeseran Aset Global
Fenomena dedolarisasi semakin terasa sejak tahun 2023:
- BRICS semakin agresif memakai mata uang lokal
- Cadangan emas China, Rusia, dan India meningkat pesat
- Indonesia memperbesar transaksi bilateral non-USD
- Perdagangan komoditas tanpa dolar semakin umum
Dampak terbesarnya adalah:
➡ Aset riil seperti emas, nikel, tembaga, dan rare earth menjadi primadona.
Bagi Indonesia, ini adalah peluang besar. Indonesia memiliki:
- 22% cadangan nikel dunia
- Cadangan emas besar
- Rare earth yang mulai dilirik industri global
Siklus Benner + Dedolarisasi = Bullish komoditas 2026.
3. Ketegangan Geopolitik & Ancaman Perang Dunia
Beberapa sumber ketegangan global yang terus meningkat:
- Rusia vs NATO
- China vs Taiwan
- Konflik di Timur Tengah
- Belanja militer negara-negara besar meningkat
Sejarah menunjukkan, dalam kondisi geopolitik memanas:
- Emas melonjak
- Komoditas strategis naik
- Energi dan logistik menguat
Kondisi ini sangat selaras dengan fase percepatan Siklus Benner untuk tahun 2026.
4. Dampaknya untuk IHSG di Tahun 2026
Terdapat tiga skenario yang realistis:
Skenario Bullish (paling mungkin menurut Benner):
- Arus modal asing kembali masuk
- Komoditas dan energi memimpin kenaikan
- Rupiah stabil
- IHSG berpotensi menuju 8.000–8.500
Skenario Moderat:
- Kenaikan komoditas bertahap
- IHSG di kisaran 7.400–8.000
Skenario Bearish (jika perang besar meledak):
- Pasar global shock sesaat
- IHSG bisa turun ke 6.500–7.000
- Namun saham komoditas justru bisa naik
5. Sektor & Saham yang Diuntungkan di Tahun 2026
(Tanpa saham finance & non-syariah, sesuai preferensi Anda)
A. Emas & Rare Earth
- MDKA
- PSAB
- ANTM
- TINS
Alasan: Emas naik saat krisis, rare earth penting untuk militer, chip, dan industri EV.
B. Nikel & Bahan Baku EV
- ANTM
- NCKL
- NICL
Alasan: Indonesia adalah pusat ekosistem baterai dunia.
C. Energi & Transisi Energi
- BYAN
- ADRO
- INDY (energi hijau)
D. Pelabuhan & Logistik
- IPCC
- IPCM
Alasan: Ekspor komoditas meningkat, mobil EV dan alat berat bertambah.
6. Strategi Investasi Menghadapi Tahun 2026
- DCA (cicil berkala) sampai Q2 2026 karena volatilitas masih tinggi
- Fokus ke komoditas dan energi
- Simpan 20–30% cash untuk menangkap peluang koreksi
- Hindari sektor sensitif suku bunga (properti & finance)
7. Kesimpulan
Menurut Siklus Benner, 2026 adalah tahun percepatan setelah tekanan global beberapa tahun terakhir. Dedolarisasi, peningkatan harga komoditas, dan ketegangan geopolitik justru menciptakan peluang emas untuk investor yang fokus pada:
- Emas & rare earth
- Nikel dan rantai pasok EV
- Energi & transisi energi
- Pelabuhan & logistik
Investor yang bersiap dari sekarang akan berada beberapa langkah di depan mereka yang baru masuk ketika “sudah ramai”.
