Sunk Cost Fallacy: Kesalahan Besar dalam Investasi

Banyak investor yang enggan melepas aset yang merugi dengan alasan "sudah terlanjur berinvestasi terlalu banyak".

Fenomena ini dikenal sebagai Sunk Cost Fallacy, sebuah kesalahan berpikir yang sangat umum terjadi dalam dunia investasi.

Sikap ini sering kali menyebabkan kerugian lebih besar, menghalangi investor untuk mengambil keputusan rasional yang seharusnya didasarkan pada prospek masa depan, bukan masa lalu.


Apa Itu Sunk Cost Fallacy?

Sunk Cost Fallacy adalah bias kognitif di mana seseorang mempertahankan keputusan yang buruk hanya karena telah menginvestasikan waktu, uang, atau sumber daya di dalamnya.

Dalam konteks investasi, hal ini tampak ketika:

✅ Investor enggan menjual saham yang terus merugi.
✅ Investor melakukan pembelian tambahan (average down) pada saham berkualitas buruk hanya untuk "mengejar balik modal".
✅ Keputusan investasi lebih didasari pada "pengorbanan masa lalu" daripada analisis kondisi saat ini.

Padahal, keputusan finansial yang bijak seharusnya mempertimbangkan prospek ke depan, bukan beban emosional dari masa lalu.


Contoh Skenario di Dunia Investasi

Seorang investor menahan saham perusahaan yang sudah tidak lagi menghasilkan laba, hanya karena ia telah menginvestasikan modal besar di masa lalu.

Investor tetap mempertahankan reksa dana bermutu rendah, berharap nilainya akan pulih, walaupun sektor industrinya sudah tidak prospektif.


Mengapa Sunk Cost Fallacy Berbahaya?

Memperbesar potensi kerugian.
Menghambat alokasi modal ke aset yang lebih produktif.
Mengaburkan objektivitas analisis.
Meningkatkan stres emosional dalam berinvestasi.
Menahan pertumbuhan portofolio dalam jangka panjang.


Cara Menghindari Sunk Cost Fallacy dalam Investasi

1. Fokus pada prospek masa depan, bukan biaya masa lalu.
Ajukan pertanyaan ini: "Jika saya belum berinvestasi di aset ini, apakah saya akan membelinya sekarang?"

2. Gunakan pendekatan berbasis data dan analisis objektif.
Evaluasi aset secara berkala berdasarkan performa fundamental terbaru, bukan pada harga belinya.

3. Tetapkan batasan kerugian (cut loss) dan patuhi disiplin tersebut.
Ketetapan aturan ini membantu mengurangi keputusan emosional.

4. Pisahkan antara emosi dan keputusan investasi.
Sadari bahwa mempertahankan investasi buruk tidak akan "mengembalikan" kerugian yang sudah terjadi.


Penutup

 “Biaya yang telah dikeluarkan di masa lalu seharusnya menjadi pelajaran, bukan beban yang mengikat keputusan masa depan.”

Seorang investor sukses adalah mereka yang mampu mengakui kesalahan, mengambil pelajaran, dan bergerak maju dengan strategi yang lebih rasional.

Next Post Previous Post
Gabung Grup WhatsApp

Dapatkan insight dan diskusi eksklusif seputar investasi langsung dari komunitas.

Gabung Sekarang
UNLOCK NOW

Unlock additional opportunities with our Reward Programs for You

GET REWARDS